Senin, 06 Mei 2013

CINTA.....


Pada suatu hari ketika saya pulang kerja, tiba-tiba anak saya memeluk, lalu dia mengatakan "Embun CINTA abi karena Alloh". Kemudian saya pun bertanya "Dari mana mendapatkan kalimat itu" "Dari film Hafalan Sholat Delisa" jawabnya.

CINTA adalah pelajaran ketiga dalam keluarga, cinta ini ada dua macam, ada cinta yang bersifat umum karena naluri misalnya naluri seorang ibu mencintai anaknya, ada cinta yang bersifat khusus yaitu salah satunya kita mencintai keluarga kita karena Alloh, kita mencintai anak kita karena Alloh, kita mencintai orang tua kita karena Alloh, kita mencintai isteri kita karena Alloh atau isteri mencintai suaminya karena Alloh.

Dan cinta ini bukan hanya tersimpan didalam hati, tetapi juga di ucapkan, coba bayangkan kalau setiap hari atau minimal seminggu sekali kita mengatakan kepada pasangan kita "sayang aku mencintaimu karena Alloh" maka efeknya hubungan kita akan semakin erat dan penuh berkah, akan hilang prasangka, serta keluarga kita akan semakin dekat dengan Alloh (insya Alloh).

Begitu juga kalau setiap hari kita mengatakan kepada anak kita "Nak Abi mencintaimu karena Alloh" maka akan timbul perasaan sayang yang dalam tetapi juga kita tidak akan histeris ketika kita kehilangannya, selain itu kalau hal ini kontinyu dilakukan maka insya Alloh, hati anak kita akan diberikan kelembutan hati, rasa patuh kepada orang tua, serta perasaan taat kepada Alloh swt. Oleh karena itu ini juga menjadi salah satu solusi atas permasalahan anak yang keras hatinya atau tidak patuh dengan orang tuanya.

Lalu bagi yang belum berkeluarga coba ucapkanlah setiap hari kepada orang tua kita "aku mencintai ayahanda/ibunda karena Alloh", atau kepada saudara kita "aku mencintaimu karena Alloh" maka lihatlah dalam satu bulan akan ada perubahan dalam hidup kita, akan ada perubahan dalam rumah kita.

Dan hal yang paling penting ketika kita mencintai keluarga kita karena Alloh, maka insya Alloh kita akan di kumpulkan kembali menjadi satu keluarga di surga nanti, dengan disempurnakannya semua kekurangan yang ada.

Ada sebuah kisah menarik yang ingin saya sampaikan pada pertemuan kita kali ini:


Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja’ bin Amr An-Nakha’i, ia berkata, “Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia sangat rajin dan taat. Suatu waktu dia berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha’.

Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata cintanya pada si wanita cantik tak bertepuk sebelah tangan.

Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang untuk melamar gadis tersebut. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dojodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, ‘Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku.’

Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, ‘Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar. Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobaranya.’

Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, “Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu.” Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus karena menahan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan pemuda itu seringkali berziarah ke kuburnya, Dia menangis dan mendo’akanya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya, “Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?”
Dia menjawab, “Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan.”

Pemuda itu bertanya, “Jika demikian, kemanakah kau menuju?” Dia jawab, “Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak.”

Pemuda itu berkata, “Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu.” Dia jawab, “Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah.”

Si pemuda bertanya, “Kapan aku bisa melihatmu?” Jawab si wanita: “Tak lama lagi kau akan datang melihat kami.” Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.

*Sudahkah hari ini kita mengucapkan kepada orang tua kita "Ananda mencintai ayahanda/ibunda karena Alloh"
*Sudahkah hari ini kita mengucapkan kepada anak-anak kita "Abi dan Umi mencintai ananda karena Alloh". 
*Sudahkah hari ini kita mengucapkan kepada pasangan kita "Aku mencintaimu karena Alloh".

Rabu, 01 Mei 2013

MAAF.....


Pelajaran kedua dikeluarga kami adalah meminta maaf, baik meminta maaf sama orang tua, isteri, anak, bahkan kalau perlu meminta maaf pada pembantu dirumah apa bila kita berbuat salah. Meminta maaf itu bukan hanya ketika kita melakukan kesalahan besar, tetapi ketika kita melakukan kesalahan sepele pun sudah semestinya kita meminta maaf.

Ketika dirumah tiada hari tanpa meminta maaf, meminta maaf sama anak karena membuatnya menangis ketika tidak di ikuti kemauannya dengan mengatakan 'sayang maafkan abi yah', meminta maaf sama isteri karena kadang membuatnya cemburu, atau mungkin meminta maaf karena alasan-alasan sepele lainnya. Komitmen kami sesepele apa pun kesalahan maka kami harus meminta maaf, bahkan terkadang untuk sesuatu yang kami anggap bukan kesalahan tetapi dalam kaca mata anak atau isteri itu di anggap menyakiti hati mereka maka tetap saya berusaha untuk meminta maaf.

Meminta maaf adalah bahasa horizontal, sedangkan bahasa vertikalnya adalah memohon ampun atau istighfar kepada Alloh. Manfaat kita meminta maaf kepada orang-orang yang kita sayangi setiap waktu adalah agar tercipta suasana saling mengasihi dan terbentuk karakter berjiwa besar, sedangkan manfaat dari memohon ampun kepada Alloh adalah agar diampuninya dosa-dosa dan ditambah nikmat.

Ada sebuah kisah yang bisa menjadi renungan kita bersama:


Suatu ketika disuatu tempat didekat danau yang indah tinggal seorang ayah yang sedang gembira sekali menyambut kedatangan anaknya yang sudah  lama pergi belajar diluar kota. Suatu hari ayah dan anaknya duduk didekat danau sambil melihat pemandangan yang begitu indah dari danau tersebut. 

Dari kejauhan terlihat sebatang pohon yang dihinggapi oleh beberapa burung, ayah bertanya kepada anaknya tadi dengan lembut, “Nak, apakah gerangan yang ada dibatang pohon didepan itu?”. 
Dengan lembut pula anaknya itu menjawab, “itu burung gagak ayah”. Tersenyum ayah mendengar jawaban anaknya yang lembut tadi.

Tapi ayah masih bertanya lagi yang kedua kalinya kepada anaknya tersebut, “Nak, apa itu yang ada dibatang pohon?”, dengan nada agak keras anaknya itu menjawab, “Itu  burung gagak , ayah”. 

Ayah hanya tersenyum dan bertanya lagi untuk yang ketiga kalinya, “Nak apa itu yang ada diatas pohon?”, dengan lebih keras anak itu menjawab, “Itu burung gagaaaaak, ayaaahhh”. tersenyum ayah melihat anaknya tersebut tapi ayah masih bertanya untuk keempat kalinya dengan pertanyaan yang sama kepada anaknya tersebut. Dan anak tersebut menajwab dengan lebih keras lagi. 

Kemudian ayah bertanya untuk kelima kalinya dengan pertanyaan yang sama, “Nak,, itu apa yang ada diatas pohon?” tanya ayah dengan lembut. Merasa jengkel dan marah anak itu menjawab dengan suara yang keras, “ITU BURUNG GAGAK, AYAAAAHH”.

Ayah hanya tersenyum dan berdiri, kemudian masuk kedalam rumah mengambil sebuah buku. Buku tersebut diberikan kepada anaknya yang sudah beranjak dewasa tadi untuk dibaca. Buku tersebut adalah buku diary yang ayah, disitu terdapat berbagai macam cerita, salah satunya ketika sang anak masih kecil dulu ayah mengajak sang anak untuk melihat pemandangan indah ditepi danau seperti yang dilakukannya seperti saat ini. 

Dalam buku tersebut diceritakan sang anak melihat burung yang hinggap didahan pohon didekat danau dan bertanya kepada sang ayah, “ayah.. apa itu yang ada diatas pohon?”, tanya sang anak yang masih mungil tersebut dengan polos dan ingin tahu.
Sang ayah pun menjawab dengan lembut. Anak tersebut masih saja bertanya kepada sang ayah dengan pertanyaan yang sama sampai 25 kali tapi sang ayah tetap menjawab dengan lembut dan penuh dengan kasih sayang.


*Hari ini apakah kita sudah meminta maaf kepada orang yang kita sayangi.


Senin, 29 April 2013

TERIMA KASIH




Terima kasih adalah pelajaran pertama yang saya sampaikan kepada keluarga, terima kasih adalah bahasa horizontal (habluminannas), sedangkan bahasa vertikalnya (habluminAlloh) adalah bersyukur.

Ketika anak kami yang bernama Awan Surga (selanjutnya saya panggil Awan) yang baru berumur 40 hari menangis, lalu setelah saya emban (digendong didepan) dia diam, maka saya bilang sama Awan, ‘terima kasih kasih sayang karena mau diam’. Saya tahu apa yang saya ucapkan mungkin tidak ‘Awan’ mengerti, tetapi saya yakin ‘Awan’ paham apa yang ingin saya sampaikan sesuai dengan kapasitasnya.

Pelajaran terima kasih adalah pelajaran penting yang kami berikan, bahkan ketika anak masih dalam kandungan. Bukan hanya sama anak, pelajaran ini pun saya sampaikan kepada isteri, misalnya kalau saya pribadi sering mengucapkan ‘terima kasih sayang karena mau jadi isteri abi’, atau pada kesempatan lain, ketika isteri sedang memasak maka kita mengucapkan terima kasih karena mau memasak untuk kami sekeluarga. Dalam aktivitas sehari-hari tentu banyak sekali kesempatan kita untuk mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang kita sayangi.

Dalam konteks vertikal, maka kita pun harus selalu bersyukur kepada Alloh swt atas nikmat-nikmat yang telah diberikan setiap harinya, nikmat diberikan kesehatan, rizki dan lain sebagainya.

Manfaat dari pelajaran terima kasih ini adalah agar tercipta suasana hangat dan saling menghargai didalam keluarga, dan secara vertikal adalah agar nikmat kita ditambah, serta agar kita termasuk orang-orang yang bersyukur. Ada sebuah kisah menarik yang ingin saya sampaikan pada pertemuan kita kali ini:

 Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.

Cuma ada satu masalah, ibu yang pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi dan menyiksanya.

Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog , dan menceritakan masalahnya.

Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, psikolog tersenyum & berkata kepada sang ibu:

"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan"

Ibu itu kemudian menutup matanya.

"Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?"

 Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yang murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya. Psikolog melanjutkan; "Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka.”

“Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi".

Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, nafasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.

"Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran di sana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu".

Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb.

"Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya

"Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?"

Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

 Saya ber-TERIMA KASIH:

1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan,
karena itu
artinya ia bersamaku bukan dengan orang lain

2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV,
karena itu
artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat.

3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal,
karena itu
artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan

4. Untuk sampah yang harus saya bersihkan,
karena itu
artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman

 5. Untuk pakaian yang mulai kesempitan,
karena itu
artinya saya cukup makan

6. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari,
karena itu
artinya saya masih mampu bekerja keras

7. Untuk bunyi alarm keras jam 4 pagi yg membangunkan saya,
karena itu
artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup

8. Untuk dst...



*Apakah hari ini kita sudah mengucapkan Terima kasih kepada orang yang kita sayangi?
*Selalu saja ada alasan untuk mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang kita sayangi.