Pada suatu hari ketika saya pulang kerja, tiba-tiba anak saya memeluk, lalu dia mengatakan "Embun CINTA abi karena Alloh". Kemudian saya pun bertanya "Dari mana mendapatkan kalimat itu" "Dari film Hafalan Sholat Delisa" jawabnya.
CINTA adalah pelajaran ketiga dalam keluarga, cinta ini ada dua macam, ada cinta yang bersifat umum karena naluri misalnya naluri seorang ibu mencintai anaknya, ada cinta yang bersifat khusus yaitu salah satunya kita mencintai keluarga kita karena Alloh, kita mencintai anak kita karena Alloh, kita mencintai orang tua kita karena Alloh, kita mencintai isteri kita karena Alloh atau isteri mencintai suaminya karena Alloh.
Dan cinta ini bukan hanya tersimpan didalam hati, tetapi juga di ucapkan, coba bayangkan kalau setiap hari atau minimal seminggu sekali kita mengatakan kepada pasangan kita "sayang aku mencintaimu karena Alloh" maka efeknya hubungan kita akan semakin erat dan penuh berkah, akan hilang prasangka, serta keluarga kita akan semakin dekat dengan Alloh (insya Alloh).
Begitu juga kalau setiap hari kita mengatakan kepada anak kita "Nak Abi mencintaimu karena Alloh" maka akan timbul perasaan sayang yang dalam tetapi juga kita tidak akan histeris ketika kita kehilangannya, selain itu kalau hal ini kontinyu dilakukan maka insya Alloh, hati anak kita akan diberikan kelembutan hati, rasa patuh kepada orang tua, serta perasaan taat kepada Alloh swt. Oleh karena itu ini juga menjadi salah satu solusi atas permasalahan anak yang keras hatinya atau tidak patuh dengan orang tuanya.
Lalu bagi yang belum berkeluarga coba ucapkanlah setiap hari kepada orang tua kita "aku mencintai ayahanda/ibunda karena Alloh", atau kepada saudara kita "aku mencintaimu karena Alloh" maka lihatlah dalam satu bulan akan ada perubahan dalam hidup kita, akan ada perubahan dalam rumah kita.
Dan hal yang paling penting ketika kita mencintai keluarga kita karena Alloh, maka insya Alloh kita akan di kumpulkan kembali menjadi satu keluarga di surga nanti, dengan disempurnakannya semua kekurangan yang ada.
Ada sebuah kisah menarik yang ingin saya sampaikan pada pertemuan kita kali ini:
Al-Mubarrid
menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja’ bin Amr
An-Nakha’i, ia berkata, “Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia sangat
rajin dan taat. Suatu waktu dia berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha’.
Dia melihat
seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan
ternyata cintanya pada si wanita cantik tak bertepuk sebelah tangan.
Karena sudah
jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang untuk melamar gadis
tersebut. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dojodohkan dengan
sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin
berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda,
bunyinya, ‘Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula
aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan
mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku.’
Dijawab oleh
pemuda tadi melalui orang suruhannya, ‘Aku tidak setuju dengan dua alternatif
itu, sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan
adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar. Aku takut pada api yang tidak
pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobaranya.’
Ketika
disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, “Walau demikian, rupanya
dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak
untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk
itu.” Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan
perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada
Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang
pemuda. Tubuhnya mulai kurus karena menahan rindunya, sampai akhirnya dia
meninggal dunia karenanya. Dan pemuda itu seringkali berziarah ke kuburnya, Dia
menangis dan mendo’akanya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburannya. Dia
bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam
mimpi dia sempat bertanya, “Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan
setelah meninggal?”
Dia
menjawab, “Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah
cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan.”
Pemuda itu
bertanya, “Jika demikian, kemanakah kau menuju?” Dia jawab, “Aku sekarang
menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang
dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak.”
Pemuda itu
berkata, “Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga
tidak melupakanmu.” Dia jawab, “Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku
meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar kita nanti bisa
dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam
ibadah.”
Si pemuda
bertanya, “Kapan aku bisa melihatmu?” Jawab si wanita: “Tak lama lagi kau akan
datang melihat kami.” Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil
oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.
*Sudahkah hari ini kita mengucapkan kepada orang tua kita "Ananda mencintai ayahanda/ibunda karena Alloh"
*Sudahkah hari ini kita mengucapkan kepada anak-anak kita "Abi dan Umi mencintai ananda karena Alloh".
*Sudahkah hari ini kita mengucapkan kepada pasangan kita "Aku mencintaimu karena Alloh".