Pelajaran kedua dikeluarga kami adalah meminta maaf, baik meminta maaf sama orang tua, isteri, anak, bahkan kalau perlu meminta maaf pada pembantu dirumah apa bila kita berbuat salah. Meminta maaf itu bukan hanya ketika kita melakukan kesalahan besar, tetapi ketika kita melakukan kesalahan sepele pun sudah semestinya kita meminta maaf.
Ketika dirumah tiada hari tanpa meminta maaf, meminta maaf sama anak karena membuatnya menangis ketika tidak di ikuti kemauannya dengan mengatakan 'sayang maafkan abi yah', meminta maaf sama isteri karena kadang membuatnya cemburu, atau mungkin meminta maaf karena alasan-alasan sepele lainnya. Komitmen kami sesepele apa pun kesalahan maka kami harus meminta maaf, bahkan terkadang untuk sesuatu yang kami anggap bukan kesalahan tetapi dalam kaca mata anak atau isteri itu di anggap menyakiti hati mereka maka tetap saya berusaha untuk meminta maaf.
Meminta maaf adalah bahasa horizontal, sedangkan bahasa vertikalnya adalah memohon ampun atau istighfar kepada Alloh. Manfaat kita meminta maaf kepada orang-orang yang kita sayangi setiap waktu adalah agar tercipta suasana saling mengasihi dan terbentuk karakter berjiwa besar, sedangkan manfaat dari memohon ampun kepada Alloh adalah agar diampuninya dosa-dosa dan ditambah nikmat.
Ada sebuah kisah yang bisa menjadi renungan kita bersama:
Suatu ketika
disuatu tempat didekat danau yang indah tinggal seorang ayah yang sedang
gembira sekali menyambut kedatangan anaknya yang sudah lama pergi belajar diluar kota. Suatu hari
ayah dan anaknya duduk didekat danau sambil melihat pemandangan yang begitu
indah dari danau tersebut.
Dari
kejauhan terlihat sebatang pohon yang dihinggapi oleh beberapa burung, ayah
bertanya kepada anaknya tadi dengan lembut, “Nak, apakah gerangan yang ada
dibatang pohon didepan itu?”.
Dengan
lembut pula anaknya itu menjawab, “itu burung gagak ayah”. Tersenyum ayah
mendengar jawaban anaknya yang lembut tadi.
Tapi ayah
masih bertanya lagi yang kedua kalinya kepada anaknya tersebut, “Nak, apa itu
yang ada dibatang pohon?”, dengan nada agak keras anaknya itu menjawab,
“Itu burung gagak , ayah”.
Ayah hanya
tersenyum dan bertanya lagi untuk yang ketiga kalinya, “Nak apa itu yang ada
diatas pohon?”, dengan lebih keras anak itu menjawab, “Itu burung gagaaaaak,
ayaaahhh”. tersenyum ayah melihat anaknya tersebut tapi ayah masih bertanya
untuk keempat kalinya dengan pertanyaan yang sama kepada anaknya tersebut. Dan
anak tersebut menajwab dengan lebih keras lagi.
Kemudian
ayah bertanya untuk kelima kalinya dengan pertanyaan yang sama, “Nak,, itu apa
yang ada diatas pohon?” tanya ayah dengan lembut. Merasa jengkel dan marah anak
itu menjawab dengan suara yang keras, “ITU BURUNG GAGAK, AYAAAAHH”.
Ayah hanya
tersenyum dan berdiri, kemudian masuk kedalam rumah mengambil sebuah buku. Buku
tersebut diberikan kepada anaknya yang sudah beranjak dewasa tadi untuk dibaca.
Buku tersebut adalah buku diary yang ayah, disitu terdapat berbagai macam
cerita, salah satunya ketika sang anak masih kecil dulu ayah mengajak sang anak
untuk melihat pemandangan indah ditepi danau seperti yang dilakukannya seperti
saat ini.
Dalam buku
tersebut diceritakan sang anak melihat burung yang hinggap didahan pohon
didekat danau dan bertanya kepada sang ayah, “ayah.. apa itu yang ada diatas
pohon?”, tanya sang anak yang masih mungil tersebut dengan polos dan ingin
tahu.
Sang ayah
pun menjawab dengan lembut. Anak tersebut masih saja bertanya kepada sang ayah
dengan pertanyaan yang sama sampai 25 kali tapi sang ayah tetap menjawab dengan
lembut dan penuh dengan kasih sayang.
*Hari ini apakah kita sudah meminta maaf kepada orang yang kita sayangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar