Senin, 11 Maret 2013

KEKELIRUAN BERFIKIR

Pada suatu hari H.Agus Salim (Pahlawan nasional) melakukan kunjungan kenegaraan ke jepang bersama ajudannya. Tiba di bandara beliau di jemput oleh rombongan pemerintah jepang, tiba-tiba H.Agus Salim mengucapkan salam “assalamualaikum”, sang ajudan kaget lalu berbisik kepada beliau, “kenapa kyai mengucapkan salam pada mereka, bukankah mereka orang-orang kafir”. “saya bukan mengucapkan salam sama orang kafir, saya mengucapkan salam siapa tahu diantara mereka ada saudara kita yang sesama muslim” jawab beliau. Dan tidak lama kemudian salah satu peserta rombongan orang jepang menjawab salam beliau. Sambil tersenyum beliau berbisik pada ajudannya, “betulkan diantara mereka ada yang muslim”.

                Salah satu pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah cara pandang mereka. Sang ajudan berpandangan bahwa jepang adalah bukan negara muslim, jadi pasti tidak ada orang muslimnya (apalagi waktu itu adalah sekitar tahun 1950-an), dan ini dalam ilmu komunikasi disebut dengan cara berfikir meng-generalisasi. Sedangan H.Agus Salim berfikir sebaliknya,  beliau berfikir walaupun jepang bukan negara islam tetapi mungkin sudah ada muslim didalamnya ini disebut berfikir dengan proporsional.

                Dalam buku REKAYASA SOSIAL karangan DR.Jalaludin Rahmat ada bab khusus yang menerangkan tentang KEKELIRUAN BERFIKIR dan salah satunya adalah Berfikir Dengan Meng-Generalisasi Segala Sesuatu. 

General itu artinya umum, jadi arti berfikir dengan General adalah berfikir dengan cara menyamakan segala sesuatu dengan hanya melihat sebagian. Contoh berfikir dengan menggenerilisasi :

“Kita mendengar bahwa sebagian anggota DPR korupsi, terus kita beranggapan bahwa semua anggota DPR itu koruptor”.  _padahal tidak semua anggota DPR koruptor.

“Kita berbeda pendapat dengan salah seorang ulama dari golongan tertentu, terus kita menyimpulkan bahwa golongan tersebut semua pengikutnya adalah keliru, dan menyimpulkan bahwa hanya pendapat kitalah yang paling benar”. Padahal mungkin saja ilmu kita yang belum nyampe, sehingga kita belum memahami pendapat ulama itu, dan kita juga tidak tahu  bagaimana variasi orang-orang disekitarnya dalam memahaminya. 

Ada sebuah kasus yang sangat menarik, ketika orang-orang kafir mempropagandakan bahwa Osama bin Laden adalah teroris, sederhananya ada tiga respon yang dilakukan orang-orang non muslim.

•             Pertama, bersikap masa bodoh.

•             Kedua, orang yang berfikir bahwa osama adalah teroris dan osama beragama islam, jadi islam adalah agama teroris. Inilah cara berfikir dengan menggeneralisasi, sebuah tanda-tanda mempunyai kekeliruan dalam berfikir. Inilah orang-orang yang sering menghina islam dan mereka termasuk Islamphobia (orang yang membenci islam).

•             Ketiga, orang yang berfikir bahwa osama adalah teroris dan osama beragama islam, tetapi islam itu seperti apa?. Maka dia akan mempelajari islam, dan insyalloh memeluk islam karena mendapat hidayah dari Alloh. Inilah cara berfikir dengan proporsional.

Lihat efek dua cara berfikir ini begitu berbeda. Yang satu cara berfikir ajudan sedangkan yang satunya cara berfikir seorang pemimpin, yang satu jadi seorang islamphobia yang satunya mendapat hidayah. Sekarang terserah kita mau memilih yang mana apakah cara berfikir General atau Proporsional, lihat efeknya akan jadi apa nanti kita dimasa depan.

*Dengan berfikir secara proporsional, maka kita akan semakin bijak dalam menyikapi segala sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar