Pada suatu hari H.Agus Salim
(Pahlawan nasional) melakukan kunjungan kenegaraan ke jepang bersama ajudannya.
Tiba di bandara beliau di jemput oleh rombongan pemerintah jepang, tiba-tiba
H.Agus Salim mengucapkan salam “assalamualaikum”, sang ajudan kaget lalu
berbisik kepada beliau, “kenapa kyai mengucapkan salam pada mereka, bukankah
mereka orang-orang kafir”. “saya bukan mengucapkan salam sama orang
kafir, saya mengucapkan salam siapa tahu diantara mereka ada saudara kita yang
sesama muslim” jawab beliau. Dan tidak lama kemudian salah satu peserta
rombongan orang jepang menjawab salam beliau. Sambil tersenyum beliau berbisik
pada ajudannya, “betulkan diantara mereka ada yang muslim”.
Salah
satu pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah cara pandang mereka.
Sang ajudan berpandangan bahwa jepang adalah bukan negara muslim, jadi pasti
tidak ada orang muslimnya (apalagi waktu itu adalah sekitar tahun 1950-an), dan
ini dalam ilmu komunikasi disebut dengan cara berfikir meng-generalisasi.
Sedangan H.Agus Salim berfikir sebaliknya,
beliau berfikir walaupun jepang bukan negara islam tetapi mungkin sudah
ada muslim didalamnya ini disebut berfikir dengan proporsional.
Dalam
buku REKAYASA SOSIAL karangan DR.Jalaludin Rahmat ada bab khusus yang
menerangkan tentang KEKELIRUAN BERFIKIR dan salah satunya adalah Berfikir
Dengan Meng-Generalisasi Segala Sesuatu.
General itu artinya umum, jadi
arti berfikir dengan General adalah berfikir dengan cara menyamakan segala
sesuatu dengan hanya melihat sebagian. Contoh berfikir dengan menggenerilisasi
:
“Kita mendengar bahwa sebagian
anggota DPR korupsi, terus kita beranggapan bahwa semua anggota DPR itu
koruptor”. _padahal tidak semua
anggota DPR koruptor.
“Kita berbeda pendapat dengan
salah seorang ulama dari golongan tertentu, terus kita menyimpulkan bahwa golongan
tersebut semua pengikutnya adalah keliru, dan menyimpulkan bahwa hanya pendapat
kitalah yang paling benar”. Padahal mungkin saja ilmu kita yang belum nyampe,
sehingga kita belum memahami pendapat ulama itu, dan kita juga tidak tahu bagaimana variasi orang-orang disekitarnya
dalam memahaminya.
Ada sebuah kasus yang sangat
menarik, ketika orang-orang kafir mempropagandakan bahwa Osama bin Laden adalah
teroris, sederhananya ada tiga respon yang dilakukan orang-orang non muslim.
• Pertama,
bersikap masa bodoh.
• Kedua,
orang yang berfikir bahwa osama adalah teroris dan osama beragama islam, jadi
islam adalah agama teroris. Inilah cara berfikir dengan menggeneralisasi,
sebuah tanda-tanda mempunyai kekeliruan dalam berfikir. Inilah orang-orang yang
sering menghina islam dan mereka termasuk Islamphobia (orang yang membenci
islam).
• Ketiga,
orang yang berfikir bahwa osama adalah teroris dan osama beragama islam, tetapi
islam itu seperti apa?. Maka dia akan mempelajari islam, dan insyalloh memeluk
islam karena mendapat hidayah dari Alloh. Inilah cara berfikir dengan
proporsional.
Lihat efek dua cara berfikir ini
begitu berbeda. Yang satu cara berfikir ajudan sedangkan yang satunya cara
berfikir seorang pemimpin, yang satu jadi seorang islamphobia yang satunya mendapat
hidayah. Sekarang terserah kita mau memilih yang mana apakah cara berfikir
General atau Proporsional, lihat efeknya akan jadi apa nanti kita dimasa depan.
*Dengan berfikir secara proporsional, maka kita akan semakin bijak dalam menyikapi segala sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar